Jalanan terasa sesak setiap malam minggu menjelma,
sepertinya aspal hitam sangat berat menampung beban roda dua,tiga dan empat,
di setiap sudut kota ada keluarga tertawa ria sambil bercengkrama,
ada juga sepasang insan di pojok kegelapan tanpa ada larangan.
Kehidupan malam di kota lhokseumawe sangat menguntungkan,
perputaran keuangan sangat mendukung pedagang pinggiran,
di sisi lain kerugian mutlak pun lahir dalam kejayaannya,
pergaulan bebas dan rusaknya moral bangsa serta menipisnya iman merupakan petaka bagi negara.
Tiada lagi yang peduli terhadap nasib etika bangsa ini,
semuanya di lakukan dan terjadi atas kehendak nafsi,
akan kita wariskan kepada siapa negeri yang kita cintai ini,
sudah tentu bukan kepada generasi kita yang tumbuh dan berkembang dengan menuruti nafsu dan birahi.
Butakah kita terhadap etika pergaulan mereka,
himbauan sang raja tentang larangan duduk ngangkang masih sempat kita bumbui itu salah,
sebenarnya fakta kemaksiatan di malam minggu jelas di depan mata,
tapi kita hanya diam karna bukan tanggungjawab bersama tapi urusan rumah tangga sendiri.
Pada masa tempo dulu sebelum gelar tua kita dapatkan,
sedikit saja kesalahan yang kita lakukan orangtua kita tahu,
ada saja kabar burung yang sampai kerumah,
sehingga pengawasan mental dan etika kita terbentuk dengan rasa malu dan takut untuk melakukan.
Sungguh sangat disayangkan generasi kita ke depan,
sepertinya moral dan akhlak sebatas ucapan saja,
jika etika itu mereka tinggalkan maka kehancuran tidak akan lama mendatangi kita.
Wahai warga kota lhokseumawe,
bukalah mata setiap malam minggu tiba,
bukalah hati kecil mu akan bencana dan murka NYA,
jagalah mereka generasi yang akan mengantikan kita,
jagalah mereka masa depan kita,
mereka remaja perlu dijaga, dibina dan di arahkan agar jalan hitam tidak menghitami nafsu mereka,
No comments:
Post a Comment