Amarahku tak terkendali dengan sikapnya yang tidak berubah,
Tidak melihat waktu dan rasa langsung saja menugaskan tugas baru,
Manusia memiliki jenuh dan lelah dalam bertindak,
Jadi berhati-hatilah dengan perintah mulut mu.
Apakah kamu tidak bisa mengerti dengan kesibukan yang ku jalani,
kita sama-sama bekerja tapi jarak mu dan diriku sangatlah berbeda,
kamu hanya di dalam kantor sedangkan aku peronda yang terus
berkeliling,
tak kenal jarak dan waktu yang memang disesuaikan berdasarkan tuntutan.
Jagalah perkataan mu yang selalu melukai perasaan ku,
Istilah perintah dan pertolongan sangatlah berbeda,
Nada yang lembut dan tinggi akan menjadi perbandingan ke ikhlasan.
Pernikahan kita sudah lama,
bahkan buah hati kita pun sangat tampan,
tapi ubahlah caramu yang tidak aku sukai,
jadilah istri yang mengerti bukan istri yang suka intruksi.
Aku merasa lelah dan seperti bosan dengan situasi dan kondisi istana
kita,
Perkataan mu beberapa hari ini membuatku benci dan kecewa dengan mu,
Kenapa kau yang harus tentukan keputusan dengan amal baik yang akan
kujalankan,
Bukankah ajakan ku untuk amal kebaikan demi keutuhan keluarga kita
semua.
Sekarang aku tidak akan berbicara banyan dengan diri mu,
Semoga saja tangan ku ini tidak akan menjamah wajahmu tatkala marah,
Cukup sudah kejelekan kelakuan ku kali ini terhadap mu,
Semoga Allah memberikan aku kekuatan untuk diam dan bertindak sesuai
syari’ah nantiya.
Semua mencintai keabadian dan kehidupan yang tenang,
Jika itu tidak terwujud dan selalu gagal?
Maka, sikap pintas dalam nikah
yang di cintai oleh menjadi solusi.
Aku ingin engkau mengabdi kepadaku,
dengan mendukung semua aktifitas ku yang tidak terlepas dari agama.
Aku ingin bebas dengan aktifitas TUHANKU,
Karna ALLAH ak ada dan semuanya.
No comments:
Post a Comment